Hadir
pula dalam kesempatan itu antara lain unsur Kepala Dinas Pangan dan
Holtikultura Provinsi Jabar, Forkopimda, Sekda dan para Kepala OPD, para
Kelompok Tani, di antaranya tampak Muksin Junaedi, anggota Komisi IV DPRD, dan sejumlah undangan lainnya.
Bupati mengucapkan terima kasih, karena Purwakarta, terpilih menjadi tempat penyelenggaraan dalam rangka untuk memperingati Hari Tani Nasional Ke-60 tersebut.
“Menjadi suatu kebanggaan dan kehormatan bagi Purwakarta, karena terpilih menjadi tempat penyelenggaraan Hari Tani Nasional Ke-60,” ujar Bupati, yang biasa dipanggil Ambu Anne. mengawali sambutannya.
Ia
menambahkan, selama ini beras memang menjadi komoditi paling istimewa di
Purwakarta. Pasalnya, lanjutnya, sebelum makan nasi, warga merasa belum makan.
Ini sebabnya, ketergantungan masyarakat terhadap beras sangat tinggi, termasuk
di Indonesia.
Ambu Anne juga berharap, hal ini bisa menjadi suport bagi para petani, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan produktifitasnya. Ia pun bersyukur, penyelenggaraan peringatan tersebut, bertepatan dengan panen padi di tengah-tengah pandemi covid - 19.
“Menariknya,
padi yang dipanen adalah varietas Tarabas, yang mana induk atau bibitnya berasal
dari Jepang, yang memiliki keistimewaan tersendiri,” ujarnya.
Melalui Peraturan Menteri Pertanian dan Menteri Agraria dan Tata Ruang, Purwakarta telah ‘mengunci’ lahan persawahan seluas 18.000 ha. Artinya, lahan tersebut tidak akan dialihfungsikan. Dari area persawahan seluas itu, lanjutnya, total panen yang dihasilkan sebesar 160.000 ton, sedangkan konsumsi warga Purwakarta hanya sebesar 95.000 ton.
“Jadi
sekarang, sebenarnya Purwakarta mengalami surplus beras,” jelasnya.
Selama
ini, kata Ambu Anne, orang melirik sebelah mata terhadap sektor pertanian.
Banyak yang beranggapan, bahwa bisnis ini tidak menguntungkan secara ekonomi.
“
Nyatanya, sudah kita buktikan, banyak produk pertanian yang telah kita eksport,
sehingga meningkatkan pendapatan para petani,” ujarnya. “Oleh karena itu,
negara harus dapat melindungi para petani, dengan tidak lagi melakukan import
beras. Pasalnya, jika itu dilakukan, dikhawatirkan justru akan menurunkan harga beras.”
Ambu Anne menegaskan, bibit varietas Tarabas memang sangat menguntungan bagi petani. Hal ini, sambungnya, menjadi tantangan bagi para petani milenial untuk menekuni bidang pertanian.
Di tempat yang sama, Kadis Pangan dan Pertanian Agus Suherlan mengatakan, biasanya dari satu ha, petani hanya bisa panen sebanyak 15 kg padi. Namun, dengan varietas Tarabas, dari 1 ha bisa mencapai 3 sampai 4 ton.
“Jadi
bibit ini memang berkualitas bagus, karena dapat meningkatkan produktifitas.
Selain itu, harga jualnya di pasaran juga bagus,” jelasnya, seraya menambahkan,
varietas jenis ini memang sedang dikembangkan di Purwakarta, sebagaimana arahan
Bupati.
Dimintai
pendapatnya, Warseno mengatakan, seharusnya masyarakat tidak lagi memandang
sebelah mata sektor pertanian. Pasalnya, banyak keuntungan yang sekarang bisa
dipetik dari sektor ini. Ia mencontohkan, manggis Purwakarta sudah berhasil
dieksport ke berbagai negara.
“Jika
sektor pertanian ini digarap secara ilmiah dan ditekuni benar-benar, tentu akan
didapatkan hasil yang maksimal,” terangnya, seraya berharap, masyarakat tak
perlu malu untuk menjadi petani.
Ia
sangat menyayangkan, selama ini yang mau terjun ke dunia pertanian, hanya
berasal dari turun temurun. Maksudnya, jika orang tuanya petani, anak-anaknya baru
mau menjadi petani. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu mendorong dan
membina, agar ke depan kaum milenial banyak yang menggeluti sektor pertanian.
“Saya
yakin, pada masa mendatang, sektor pertanian akan menjadi incaran banyak
orang,” ujarnya. (Tjimplung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar