Purwakarta – Anda tentu pernah mendengar cerita “Malin
Kundang”, yakni legenda dari Sumatera Barat yang kesohor ke seluruh nusantara.
Legenda itu menceritakan sosok pemuda yang setelah sukses di perantauan, menjadi
pribadi yang sombong dan durhaka. Bahkan, tidak mau mengakui ibu kandungnya, sehingga
dikutuk menjadi batu.
Tidak demikian dengan sosok pria satu ini. Ibarat kacang, ia
tak lupa pada kulitnya. Tidak lupa pada asal-usulnya, bahkan selalu semangat
menjalin komunikasi dengan almamaternya di SMPN I dan SMAN I Purwakarta. Prinsipnya, pria ini ingin mengharumkan Purwakarta di mana pun dia berada.
Padahal, statusnya kini seorang perwira tinggi. Kapolres
Padang Panjang, Sumatera Barat adalah jabatan yang disandangnya sekarang. Ya, AKBP Cepi Noval, S.IK adalah putra kelahiran Purwakarta.
Dia tinggal di Kampung Baranangsiang (Simpang), Kelurahan
Nagri Kidul, Purwakarta. Cepi kecil suka bermain dan berlarian ke Pasar Rebo.
Maklum, bapaknya seorang pedagang pakaian di pasar itu. Tahun 2002, ia menikahi Mayri Christina, gadis asal Pasawahan, Purwakarta. Buah dari perkawinannya, kini ia telah dikaruniai tiga orang anak yang manis-manis.
Muda dan ganteng, kesan pertama ketika pertama kali mata
menatapnya. Familier dan penuh canda adalah kesan berikutnya tatkala berbincang
dengannya. Mudah sekali menjalin keakraban, tapi tetap tersirat kewibawaan di
wajahnya. Di sini dia tidak dipanggil komandan seperti di kedinasannya, tapi
cukup dengan Kang Cepi saja.
Temu Kangen dengan almamater dan komunitasnya dari SMAN 1 itu dihadiri puluhan
insan pers Purwakarta. Sebagai penggagas acara Aa Komara, sahabat sealmamater Cepi
Noval di SMAN I Purwakarta. Rumah makan ternama di daerah Ciganea menjadi
tempat berkumpulnya. Santap malam dan karaoke merupakan menu utama. Bertindak sebagai
MC adalah Ali Novel, pemandu acara yang populer di Purwakarta.
“Temu kangen ini adalah pertemuan yang tertunda. Sebenarnya Kang
Cepi akan hadir pada peringatan Hari Pers beberapa bulan lalu. Sayang
berhalangan dan baru ada kesempatan saat ini,” ujarnya.
Sekelumit menceritakan pengalamannya, Cepi Noval menuturkan,
dia masuk Akpol di Semarang selulus SMAN I tahun 1995.
Selepas Akpol tahun 1998, ia sempat berdinas di NTT dan
menjadi Wakapolres Singkawang. Di kota ini Cepi mengaku menemukan falsafah
hidup, yang mana sebagai manusia jangan merasa sungkan untuk mengeluarkan
infak. Bagaimanapun, tangan di atas memang lebih baik, sambungnya.
Januari 2015 ia menjadi Kasubdit Renata di Padang Panjang.
Pada saat inilah prestasinya mengemuka, ketika dia berhasil membongkar kasus
prostitusi di bawah umur.
Betapa tidak, di kota yang juga disebut sebagai “Serambi
Mekah” selain sebutan untuk Aceh, ternyata ada kasus prostitusi. Celakanya,
terciduk beberapa wanita yang masih muda belia.
“ Sangat muda malah, di antaranya ada yang masih di bawah tujuh
belas tahun,” ungkapnya.
Tak heran, kata Cepi, kasus ini sangat menghebohkan warga
Sumatera Barat. Pihak DPRD Provinsi sempat mengajak hearing, tapi dia menolak
dengan alasan hanya bertindak sebagai petugas lapangan. Ia menyarankan pihak DPRD
untuk mengundang atasannya, yang lebih berwenang untuk diajak hearing.
Tahun 2016 penegak hukum berprestasi ini diangkat menjadi
Kapolres Padang Panjang. Hebatnya, dia menjadi Kapolres termuda se-Indonesia.
Bahkan, teman seangkatannya belum ada yang menjabat Kapolres.
“Malah, sekarang
menjadi Kapolres terpanjang, “ katanya, sambil menambahkan bahwa beberapa waktu
lalu sebenarnya sudah mendapat perintah untuk pindah ke Polres Bukit Tinggi,
tapi dibatalkan.
Alhasil, saat ini sudah 9 bulan tambahan
masa kerja menjadi Kapolres di tempat yang sama. Tepatnya, dua bulan lagi genap
3 tahun ia menjabat Kapolres, suatu masa yang jarang didapatkan polisi lain.
Sebagai Kapolres, dia beberapa kali menjembatani bupati di
wilayah tersebut untuk study banding ke Purwakarta dan Bandung Barat.
Cepi juga tak segan membantu pejabat pemerintah daerah
Purwakarta, yang sedang kunjungan kerja ke wilayah hukumnya. Bahkan, anak ke 6 dari
7 bersaudara ini, juga memfasilitasi beberapa siswa Purwakarta yang sedang
mengikuti kejuaraan karate di wilayah itu.
“ Kebetulan orang tua salah satu anak adalah teman saya di
SMAN 1,” urainya, seraya menambahkan, siapapun warga Purwakarta yang berkunjung
ke Padang Panjang jangan segan-segan menghubunginya.
Sudah menjadi tugas polisi, kata Cepi Noval untuk selalu
mengabdi dan melayani masyarakat. Pasalnya, dirinya merasa digaji oleh rakyat
dan menjadi kewajibannya untuk menjadi pelayan rakyat.
Begitulah, kepada anak buahnya ia selalu mengajarkan, agar
senantiasa bersikap someah di lapangan. Bahkan, ia mengancam akan memutasi anak
buahnya yang bersikap belagu.
Namun, seandainya Cepi lupa memutasi anak buahnya yang
belagu, biar yang bersangkutan dikutuk ibunya menjadi batu.
Sementara itu, wartawan senior Ajat Sudrajat dalam
sambutannya mendoakan agar Kang Cepi sekeluarga senantiasa sehat dan semakin
cemerlang kariernya. Kita semua ingin memanggil akang dengan sebutan jenderal
suatu saat nanti. Semoga. (Tjimplung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar