Purwakarta – Fantastis dan semarak,
tak berlebihan kiranya jika dua kata itu menggambarkan pasukan awug Sekretariat
DPRD Purwakarta, dalam festival budaya Nyi Pohaci yang berlangsung Sabtu (27/7)
malam. Atraksi seniman Singa Depok yang ditampilkan, sungguh memukau dan
menjadi perhatian khusus Bupati, pimpinan DPRD, dan para penonton yang memadati
sepanjang jalan yang dilalui pawai tersebut.
Tepat di jalan perempatan Pemda,
pimpinan DPRD antara lain Ketua DPRD Sarif Hidayat, Wakil Ketua Sri Puji Utami,
Hj. Neng Supartini, S.Ag, didampingi Wakil Bupati H.Aming, didaulat panitia
naik Singa Depok. Mereka menggantikan pengendara sebelumnya, Sekretaris DPRD
dan para Kepala Bagian.
Masing-masing dibopong empat orang
seniman, yang menari-nari mengikuti irama musik Singa Depok. Wajah mereka
sekilas gembira, tapi juga sedikit tegang. Maklum, para seniman yang
membopongnya, kadang bergoyang, kadang bergerak ke atas dan ke bawah.
Setidaknya sepuluh menit atraksi itu berlangsung. Bupati dan pengunjung spontan memberikan aplaus yang
membahana.
Sekretaris DPRD Drs. H. Suhandi,
M.Si mengerahkan sedikitnya 200 orang dalam kegiatan akbar yang diagendakan menjadi
pemecahan rekor MURI tersebut. Selain
mengikutsertakan pegawai Setwan, juga dibantu pasukan purna bhakti Paskibraka,
dan sekitar 70 seniman Singa Depok.
Tak berlebihan pula bila dikatakan
Sekretariat DPRD menjadi OPD terbesar dalam pengerahan massa untuk mengikuti
kegiatan dalam rangka Hari Jadi Purwakarta ke -188 dan Kabupaten Purwakarta ke
-51. Rombongan Setwan diawali pasukan pembawa bendera dan umbul-umbul, disusul
seniman Singa Depok, Sekretaris DPRD beserta para Kepala Bagian dan Kasubag, kemudian
puluhan lelaki dan perempuan pegawai Setwan pembawa awug, terakhir ditutup
pasukan pembawa dongdang (miniatur gedung DPRD).
Menurut Suhandi, Purwakarta telah
beberapa kali memecahkan rekor MURI pada beberapa event. Kini, dengan pawai
mengarak 2.000 lebih awug, Purwakarta kembali memecahkan rekor MURI, bahkan
tingkat dunia.
”Awug merupakan makanan
tradisional, yang bahan dasarnya dari tepung beras. Prosesnya agak lama memang.
Tepung beras diayak dulu hingga halus, kemudian disangrai, selanjutnya dikukus
menggunakan Aseupan (alat menanak nasi
terbuat dari anyaman bambu) dan dikasih gula merah. Sehingga, bentuknya
kerucut,” jelasnya.
Sementara itu, manajer MURI Triyono
mengatakan, rekor ini bukan hanya di Indonesia, tapi juga di dunia. Yang
dinilainya, jumlah awug yang dibawa peserta sebanyak 2.151. Kegiatan yang
diprakarsai Pemerintah Purwakarta ini, lanjutnya, patut diapresiasi.
”Selain melestarikan kebudayaan
lokal, kegiatan ini juga mendapat apresiasi masyarakat luas. Terbukti, dari
siang mereka sudah menunggu untuk menyaksikan pawai awug ini,”ujarnya.
Acara yang berlangsung sekitar
pukul 19.30 WIB itu berakhir sekitar hampir tengah malam. Route yang dilalui,
mulai dari UPI hingga perempatan Pemda ( Jl. Tengah). Peserta pawai yang
mengikuti acara ini sekitar 5.600 orang plus kendaraan-kendaraan hias yang
mengiringinya. (Tjimplung)