CARA MUDAH MENULIS
BERITA
OLEH
: TJIMPLUNG MD
PENGANTAR
Sejak
dilikuidasinya Departemen Penerangan oleh Presiden Gus Dur dua puluh dua tahun
lalu, tepatnya pada Tahun 1999, maka terberangus pula kewajiban menggunakan
SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) bagi perusahaan penerbitan pers di
Indonesia.
Dengan
dibukanya era kebebasan pers, seketika itu pula ribuan penerbitan pers cetak mulai
bermunculan, baik di tingkat pusat, regional maupun lokal. Sementara, seiring
makin pesatnya perkembangan teknologi digital, makin marak pula penerbitan media
online (situs web).
Fenomena
ini tentu saja patut kita syukuri, karena kini kita berpijak pada alam
demokrasi yang sebenar-benarnya, di mana kebebasan berpendapat (menulis) telah
menemukan penyalurannya yang hakiki. Tentunya menjadi harapan kita semua, agar
kondisi seperti ini tetap bertahan di bumi pertiwi, sehingga insan-insan pers
semakin mempu menancapkan eksistensinya.
Pertumbuhan
jumlah profesi wartawan di semua daerah seakan tak terbendung. Sebagai tolok ukur,
pada Tahun 2000 jumlah wartawan di Purwakarta, di bawah seratus orang saja.
Namun, seiring perkembangan waktu, kini sudah mencapai jumlah ratusan, baik
wartawan cetak maupun online, televisi dan radio.
Sayangnya,
sebagian wartawan yang berkiprah, semata-mata hanya bermodalkan semangat, tanpa
diimbangi dengan ilmu jurnalistik yang memadai. Bisa dimaklumi, karena sebagian
besar tidak ditunjang oleh pendidikan yang sesuai dengan bidangnya.
Guna
meningkatkan keprofesionalan tugas kewartawanan, terutama yang belum pernah mengikuti
pelatihan maupun masyarakat yang ingin mendalami dunia pers, maka diharapkan
catatan (diktat) berjudul “CARA MUDAH MENULIS BERITA” ini, dapat membantu memberikan sedikit
pencerahan.
Penulis
menyusunnya sedemikian rupa, berbentuk tanya jawab, sehingga siapapun dapat
mempelajarinya dengan mudah. Setidaknya para pembaca dapat meningkatkan
pengetahuannya, dalam hal meramu fakta menjadi laporan fakta (berita) yang
menarik.
Sesungguhnya
menulis berita bukanlah sesuatu yang sulit, karena kemampuan akan meningkat
hanya dengan menulis, menulis, menulis, menulis dan menulis. Apalah arti setumpuk jenis teori, jika seseorang tak
pernah mempraktikannya dalam tulisan?
Intinya,
jangan takut salah dalam menulis, karena sebenarnya kesalahan itu yang akan
menjadikan seseorang semakin meningkat kemampuannya. Dengan mengetahui
kesalahan dalam penulisan, maka pada penulisan berikutnya tentunya seseorang
tersebut akan melakukan penyempurnaan.
Jangan
lupa pula, membiasakan diri untuk membaca berbagai tulisan/berita dari
penerbitan media cetak/online yang
berbobot, sehingga menambah pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan.
Akhir
kata, semoga catatan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Purwakarta,
Januari 2021
Salam,
Tjimplung
MD
BAB
I
ARTI,
SYARAT, DAN JENIS BERITA
APA SIH BERITA ITU?
Banyak
pakar jurnalistik mendefenisikan berita dengan berbagai argumen yang
berbeda-beda, tapi secara sederhana dapat disimpulkan berita ialah LAPORAN
FAKTA PERISTIWA/PERNYATAAN yang aktual, menarik, luar biasa, penting, serta
cermat. Laporan yang disusun/ditulis sedemikian rupa, sehingga pembaca dapat
mudah memahaminya.
KALAU TIDAK
BERDASARKAN FAKTA?
Berarti
berita itu hanya isapan jempol belaka
PENGERTIAN FAKTA
PERISTIWA dan FAKTA PERNYATAAN ITU BAGAIMANA?
Segala
sesuatu yang anda saksikan sebagaimana adanya disebut FAKTA PERISTIWA,
sedangkan segala sesuatu yang anda dengar apa adanya disebut FAKTA PERNYATAAN.
Sebuah berita bisa terdiri dari salah satu fakta tersebut, tetapi yang lebih
menarik adalah penggabungan dari kedua fakta itu.
CONTOHNYA BAGAIMANA?
Contoh
Laporan Fakta Peristiwa
Purwakarta,
Jempol News
Toko
elektronik “RANI” di pusat perdagangan Pasar Jumat, tepatnya di Jl. Sudirman
No. 1001, Kabupaten Purwakarta, Jumat (1/1/21) kemarin terbakar habis. Api itu
muncul pertama kali dari lantai satu sekitar pukul 03.00 WIB, terus menyebar dan
menjilati seluruh isi dan bangunan berlantai tiga tersebut. Kobaran api praktis
tak mampu ditahan, karena petugas pemadam kebakaran baru bisa memasuki pintu utama
toko pada pukul 05.30 WIB. Mereka tinggal menyaksikan seluruh isi toko menjadi
abu.
Contoh
Laporan Fakta Pernyataan
Purakarta,
Jempol News
Kekalahan
Drs. H. Lily Hambali Hasan dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2008,
yang digelar 20 Januari lalu, kemungkinan besar akan berdampak pada perpindahan
kesebelasan Pelita Jaya Purwakarta (PJP). Demikian diutarakan pelatih PJP Fandi
Ahmad kepada Jempol News, Jumat (4/4/08)
petang kemarin.
KALAU OBYEK BERITA ITU
APA?
Obyek
berita adalah suatu peristiwa yang sedang diliput baik disengaja atau tidak.
SIAPA YANG MENJADI
OBYEK BERITA
Bisa
wartawan itu sendiri, orang yang langsung terlibat, saudara/sejawat/teman yang
terlibat, instansi yang berwenang, saksi mata, para ahli, kantor berita, radio
dan televisi. Misalnya anda secara tak sengaja menyaksikan suatu “obyek berita”
peristiwa kebakaran suatu toko, maka yang menjadi sumber berita anda adalah
petugas pemadam, polisi, saksi mata, pemilik toko, petugas asuransi, atau bisa
juga pihak rumah sakit yang menangani korban kebakaran.
YANG DIMAKSUD BERITA
DARI TANGAN PERTAMA ITU APA?
Bila
wartawan itu menulis suatu peristiwa yang disaksikan sendiri. Artinya, dia
mendapatkan fakta-fakta bukan dari orang lain.
LANTAS, YANG DIMAKSUD
SUMBER BERITA?
Bila
wartawan mengutip informasi dari orang/lembaga yang langsung ikut terlibat
dalam suatu peristiwa. Perlu diingat, sumber utama sangat penting untuk
keakuratan informasi suatu berita.
APA SAJA SIH BERITA
ITU?
a. Benar
Terjadi : yakni berita berdasarkan pada peristiwa yang benar-benar terjadi dan
apa adanya.
b. Aktual
: hangat atau terkini, yakni jarak waktu suatu peristiwa terjadi dan waktu
pemuatan berdekatan. Artinya, semakin cepat diterbitkan semakin aktual dan
semakin tinggi nilai beritanya (hot news). Aktualitas menurut media online,
koran harian, berbeda dengan aktualitas untuk majalah/tabloid yang tidak terbit
setiap hari. Karenanya, untuk mengimbangi ketertinggalan, majalah/tabloid
sebaiknya mencari segi/data lain yang menarik. Semakin berbeda segi/data lain
yang diperoeh, maka semakin actual nilai berita tersebut.
c. Menarik
: faktor menarik sebetulnya sangat relatif, karena ada pembaca yang suka berita
kriminal, politik, ekonomi, gaib/misteri, kisah nyata dsb. Namun, secara umum
ada faktor-faktor yang menyebabkan berita menarik bagi semua orang.
Faktor-faktor itu antara lain: informasi berguna, tempat kejadian dekat, nama
yang terkenal (pemimpin/tokoh/artis dsb) sebagai topik bertia atau narasumber,
memiliki daya pengaruh, berita lanjutan, mengandung pertentangan/konflik, pembunuhan,
bencana alam, seks, fenomena gaib, menimbulkan emosi, kejuaraan dunia olah
raga, humor, luar biasa, human interest (memiliki nilai-nilai kemanusiaan),
perjuangan hidup dan mati, kemajuan / sukses seseorang.
d. Seimbang:
adil, tidak berat sebelah (objektif); tidak memihak salah satu narasumber.
Ibarat dalam suatu kejuaraan sepakbola, pelatih yang menang diwawancarai,
pelatih yang kalah pun dimintai pendapat.
e. Lengkap:
berita yang dibuat tidak membuat pembaca bertanya-tanya lagi, karena semua
informasi sudah tersaji, baik apa, siapa, di mana, kapan, mengapa dan
bagaimana.
f. Sistematis : berita
ditulis/disusun sesuai struktur dalam ilmu jurnalistik, yakni secara; piramida
terbalik, piramida tegak, atau dalam bentuk kronologis (selengkapnya baca dalam
BAB II).
g. Dapat
dipahami : berita yang disajikan harus jernih/gambling dalam mengungkapkan
masalah, serta menggunakan Bahasa Indonesia yang baik, benar dan ringkas.
KALAU JENIS BERITA,
BERAPA MACAM?
Ada
banyak, tapi kita batasi yang umum berlaku dalam penerbitan pers di Indonesia,
antara lain :
1. Reportase Faktual
(Laporan Fakta): yakni laporan yang berdasarkan
fakta telanjang (apa adanya, sebagaimana yang disaksikan dan didengar wartawan
dari tempat peristiwa) yang terjadi pada hari itu juga. Ditulis singkat saja (spot
news, straight news), dan kalau terlambat penyajiannya (sekurang-kurangnya dua
hari sejak peristiwa terjadi) akan dianggap berita basi.
2. Reportase Investigatif
(Laporan Mendalam): yakni laporan
berdasarkan penyelidikan/penelitian/penyidikan yang mendalam baik dengan cara
menggali referensi dari kepustakaan atau mewawancarai banyak narasumber. Jadi,
laporan ini pengembangan dari Reportase Faktual.
3. Reportase
Interpretatif (Laporan Ulasan): yakni laporan
yang hampir sama dengan Reportase Investigatif. Bedanya, dalam Reportase
Interpretatif penekanan diletakkan pada unsur waktu dan penafsiran. Dalam
laporan ini mencari hubungan antara peristiwa yang terjadi dengan fakta
peristiwa/pernyataan lain yang pernah terjadi/diucapkan. Di sini sang wartawan
diperbolehkan memberikan interpretasi (bedakan interpretasi dengan opini).
Publik akan merasa puas dengan laporan semacam ini, karena terlihat dinamisasi
pola pikir sang wartawan. Lebih sederhana lagi, kalau Reportase
Faktual/Investigatif hanya bertujuan memberikan
informasi semata, sedangkan Reportase Interpretatif sekaligus memiiki
tujuan mendidik. Laporan ini bisa ditulis dengan satu judul, bisa juga dengan
judul terpisah-pisah.
4. Reportase Ramalan: laporan
jenis ini sejak dulu digandrungi wartawan Amerika, tapi tidak berkembang di
Asia (Indonesia). Dalam laporan ini sang wartawan meramalkan suatu peristiwa
(perkembangan alam/masyarakat) yang akan terjadi mendatang, berdasarkan data
dan fakta pada masa lalu atau saat ini. Dalam hal ini dibutuhkan keterampilan
yang tinggi dari sang wartawan. Kalau anda pernah membaca Reportase Ramalan di
media-media massa nasional, itu biasanya bukan prediksi wartawan bersangkutan,
melainkan hasil wawancara/pemikiran para pakar.
5. Reportase
Komprehensif: laporan yang mencakup “segala segi”,
sebab suatu peristiwa tidak berdiri sendiri, tapi berkaitan erat dengan
peristiwa lain alias selalu ada konteks (hubungan). Kita bisa mengaitkan dengan
peristiwa tersebut dengan sistem nilai, sistem politik, sistem budaya, kerangka
dasar pembangunan, daftar prioritas dll.
6. Reportase Imajiner
(Khayalan):
laporan yang menggunakan imajinasi atau khayalan berdasarkan data dan
fakta yang ada, tapi bukan cerpen atau novel. Unsur khayalan, jurnalistik, dan
sastra dipadukan. Tentu saja bagi wartawan dibutuhkan pengetahuan sastra yang
cukup, memiliki ketajaman otak dalam menganalisis, kaya dalam ungkapan batin,
dan cermat ketika mengamat, sehingga dapat menyentuh emosional pembaca.
7. New
Journalism (Jurnalisme Baru): laporan fakta jenis
ini sekarang banyak dipergunakan oleh media massa nasional, terutama
majalah/tabloid. Penulisan berita tidak berdasarkan fakta semata-mata yang
dilihat seorang wartawan dengan mata inderawi, melainkan memadukannya dengan pendapat lain dan perasaannya
dalam dimensi ruang dan waktu, sehingga khalayak pembaca selain menjadi tahu,
juga berpandangan dalam cakrawala yang luas. Hal ini biasa disebut jurnalisme
sastra atau jurnalisme novel.
8. Feature (Baca:
Feuce)/karangan khas: laporan yang ditulis
berdasarkan peristiwa ringan yang terjadi di masyarakat tapi mengandung unsur
human interest (nilai-nilai kemanusiaan), yang disusun sedemikian rupa dengan
gaya bahasa sastra, sehingga menyentuh rasa manusiawi khalayak. Jadi di sini
bukan beritanya yang penting, melainkan cara ‘melukiskan’ berita tersebut yang
menarik. Sebaik-baik feature adalah feature yang objektif. Sebab, apabila
terlalu banyak subyektifitasnya, akan mengubah feature menjadi tulisan KOLOM.
Bila ini terjadi sangat mungkin akan mempengaruhi pembaca, sehingga pembaca
akan berpihak kepada anda atau berseteru. Sederhananya begini, pijit sedikit
segi informasinya, (jangan terlalu banyak), buat sedikit segi mendidiknya, beri
unsur mempengaruhi secukupnya….sedaaap. Itulah feature.
BERARTI KALAU PAHAM
JENIS, AKAN PAHAM PULA CARA PENULISAN BERITA?
Betul.
Anda jadi tidak asal tulis saja, tapi menyesuaikan dengan misi dan gaya
penulisan redaksi media massa bersangkutan.
MASIH ADA LAGI?
Ada
beberapa lagi, tapi tidak terlalu penting untuk dibahas. Dengan mempelajari
yang 8 jenis di atas ini saja, lalu mempraktikannya secara benar, maka anda sudah
bisa disebut wartawan profesional. Sebab, adakalanya wartawan tidak menguasai
semua jenis berita, bahkan terkadang hanya memperdalam satu jenis saja, sesuai
dengan “home style” (gaya penulisan reportase yang dikembangkan masing-masing
media massa).
BAB
II
STRUKTUR
DAN TEKNIK PENULISAN
APA YANG DIMAKSUD
DENGAN STRUKTUR BERITA?
Sebelum
melangkah lebih jauh, anda harus tahu terlebih dulu rumus 5 W + 1 H. Sebab,
apabila anda mengaku wartawan, tapi tidak pernah tahu teori 5 W + 1 H, maka
redaktur/wartawan profesional langsung akan memvonis anda sebagai wartawan
gadungan atau tidak bisa menulis berita.
SINGKATAN APA ITU 5 W
+ 1 H?
Setiap
perguruan tinggi/lembaga khursus, atau buku-buku tentang jurnalistik pasti akan
mengajarkan teori dasar ini. Teori itu singkatan dari WHAT (APA), WHO (SIAPA),
WHERE (DI MANA), WHEN (KAPAN), WHY (MENGAPA), dan HOW (BAGAIMANA).
PENJABARANNYA
BAGAIMANA?
Bagus
anda semakin menyimak. Mudahnya begini, pembaca akan kecewa, jika ternyata ada
unsur yang ingin diketahuinya tidak terdapat dalam tulisan anda. Jelasnya, What
berarti ada yang akan dilaporkan kepada publik. Who berarti siapa yang
menjadi pelaku peristiwa itu. When berarti kapan peristiwa itu
terjadi: tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit. Where berarti di mana
peristiwa itu terjadi. Why berarti mengapa peristiwa itu
sampai terjadi, dan How berarti bagaimana jalannya peristiwa atau bagaimana cara
menanggulangi peristiwa itu. Keenam unsur itu dinyatakan dalam kalimat yang ringkas,
jelas dan menarik. Dengan demikian,
khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa tinggal “menyantapnya” saja. Tapi,
ada seorang pakar jurnalistik yang menambahkan rumusannya dengan 1 S, singkatan dari Safety (aman). Maksudnya, aman dari
jeratan hukum. Jadi, 5 W + 1 H + 1 S.
CONTOHNYA SEPERTI APA?
Contohnya:
Anda berkata pada teman anda, ”Hei, tadi aku ngeliat orang dipukuli orang
sekampung.” Teman anda pasti tidak puas dengan cerita itu. Ada informasi lain,
yang tidak anda jelaskan. Ia tentu akan bertanya, di mana, kapan, siapa yang
digebuki itu, kenapa kok dipentungi orang sekampung, bagaimana orang-orang
menggebukinya, apakah orang itu tewas? Semua pasti ditanya, apalagi kalau teman
anda seorang yang kritis. Kalau anda tidak menjawab, maka dapat dipastikan
teman anda akan kecewa. Begitupun dengan penulisan berita. Bahkan, walau sudah
anda tulis semua unsur 5 W + 1 H, terkadang pembaca pun masih kurang puas. Ini
bisa terjadi, karena anda tidak mencoba bertanya pada diri sendiri, kira-kira
apalagi yang masih akan ditanyakan oleh pembaca. Anda mungkin sudah menjawab
unsur when (kapan), tapi anda hanya menulis hari dan tanggalnya saja, anda lupa
menulis jam yang juga merupakan unsur waktu. Pembaca mungkin saja berada di
tempat kejadian pada hari peristiwa itu, sehingga ia masih bertanya soal jam.
Oleh karena itu, dalam menulis berita harus selengkap dan sejelas mungkin.
BAGAIMANA TENTANG
STRUKTUR BERITA?
Setelah
anda memahami teori 5 W + 1 H, maka akan dibahas struktur berita. Sebagaimana
kita ketahui, salah satu syarat berita adalah sistematis. Yang dimaksud
sistematis menurut teknik penulisan jurnalistik adalah sbb:
I. PIRAMIDA
/ SEGITIGA TERBALIK : Struktur ini
digunakan untuk penulisan berita yang nilai beritanya sangat tinggi dan penyajiannya
harus cepat, sehingga waktu benar-benar merupakan harga mati yang tidak bisa
ditawar-tawar (time concern). Dari
struktur ini dapat anda lihat bentuk segitiga yang makin ke bawah makin
mengecil /mengerucut. Maksudnya, fakta yang paling penting atau klimaks suatu
peristiwa/pernyataan diletakkan pada alinea bagian pertama (lead). Selanjutnya
pada alinea kedua, berisi penjelasan yang dekat hubungannya dengan alinea
pertama. Alinea ketiga, berisi fakta-fakta yang mendukung alinea kedua, dan
seterusnya. Sedangkan alinea terakhir, berisi hal-hal yang dianggap kurang
penting, tapi masih relevan dengan isi berita. Struktur ini biasanya
dipergunakan menyusun Reportase Faktual (berita singkat) untuk media massa
harian atau media online. Berikut ini susunannya dalam bentuk gambar
(sebetulnya ada 6 unsur, tapi dapat diperas menjadi 4 unsur penting saja):
Keterangan
:
1. Head
Line (Judul/kepala berita)
2. Dateline
(Tempat dan tanggal penulisan berita)
3. Lead
(Teras Berita)
4. Body
(Tubuh berita) terdiri dari :
a.
Bridge
(Penghubung/perangkai)
b.
Body (Tubuh Berita)
c. Ending
/ leg (penutup/kaki berita)
II.
PIRAMIDA
/ SEGITIGA TEGAK :
Karena tidak
semua berita dapat disusun dengan Piramida Terbalik, maka struktur ini
digunakan, biasanya untuk penulisan artikel opini (pendapat). Lead pada alinea
1 biasanya akan diulangi kembali pada uraian selanjutnya (dalam tubuh /
penutup). Struktur ini diawali dengan fakta yang tidak seberapa penting, makin
ke bawah makin penting, bahkan seringkali ditutup dengan fakta yang mengagetkan
pembaca. Struktur ini tidak terikat oleh waktu (time lines), tapi tetap merupakan laporan fakta yang aktual.
Wartawan yang bermain-main dengan struktur ini mesti paham betul bagaimana
menarik pembaca dengan bahasa yang memikat di alenia pertama, walau faktanya
kurang menarik. Kemudian juga dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dan
referensi yang cukup untuk mengembangkan tubuh berita, agar isinya berbobot.
Dengan struktur ini wartawan dapat memberikan interpretasi terhadap fakta
(harap dibedakan antara interpretasi dengan opini). Berikut ini polanya dalam
gambar.
Keterangan
:
1. Head
Line (Judul/kepala berita)
2. Lead
(Teras Berita)
3. Body
(Tubuh Berita) terdiri dari :
a.
Bridge (Penghubung/perangkai)
b.
Body (Tubuh Berita)
c.
Ending / leg
(penutup/kaki berita)
III.
KRONOLOGIS
Struktur ini
disebut juga struktur kotak / boks. Biasanya dipakai untuk jenis tulisan
pendapat (artikel opini), termasuk di antaranya Reportase Investigatif, Interpretatif,
Feature (sejarah, kisah nyata, biografi), ilmiah populer, tajuk rencana, kolom,
dan tulisan jenis kontemporer (sastra). Kalau pada struktur 1 bagian terpenting
dianak kandungkan (ditempatkan di atas), dalam struktur ini semua bagian
dianggap penting. Fakta disampaikan secara urut, dari awal sampai akhir
(kronologis)
RUMIT JUGA YA ?
Tidak,
kalau anda mau belajar sungguh–sungguh! Belajar bisa dengan banyak membaca
berbagai jenis koran / tabloid / majalah, lalu mempraktikannya dalam latihan –
latihan.
KENAPA
ADA BERITA, YANG DISUSUN DALAM BENTUK TANYA – JAWAB,
SEPERTI
MAKALAH PRAKTIS INI ?
Anda betul. Itu
adalah variasi penulisan untuk memudahkan pemahaman kepada pembaca terhadap
masalah yang dibahas, khususnya delam menyusun jenis feature. Jelasnya,
pernyataan narasumber bisa ditulis dengan cara “diselipkan dalam naskah”, atau
ditulis “tersendiri” dalam bentuk Tanya – Jawab. Sebaiknya wartawan harus
mempersiapkan terlebih dahulu berbagai pertanyaan yang akan diajukan, lalu merekam
semua perbincangannya dengan narasumber. Dalam tulisan wawancara semacam ini,
terkadang pernyataan yang detil pun ditulis sang wartawan. Misalnya, sumber
tertawa, sambil diam sejenak, menggaruk – garuk kepala ….dsb. sampai–sampai bahasa
pasaran yang digunakan sumber pun ditulis sebagaimana adanya. Misalnya, “You
mesti tahu, kayak apa karakter Soeharto itu sebenarnya”.
SETELAH
STRUKTUR, APALAGI YANG PERLU DIPELAJARI ?
Kita sekarang
memasuki tahap praktik penulisan. Setelah anda memahami bermacam – macam jenis
dan perbedaan struktur berita, sebetulnya sudah ada gambaran di benak anda,
bagaimana cara menulis / menyusun suatu fakta peristiwa / pernyataan menjadi
berita. Untuk lebih rinci lagi, kita bahas cara pembuatan dan apa yang perlu
anda ketahui tentang judul (kepala) berita.
APA FUNGSI JUDUL?
Fungsi
judul ada dua, yaitu :
a. Memperkenalkan:
judul berfungsi memperkenalkan isi berita, agar dalam waktu sekilas pembaca
dapat memutuskan membaca atau tidak membaca berita tersebut.
b. Iklan:
judul berita yang menarik sering kali sanggup mengundang/memancing pembaca
(konsumen) untuk membeli koran/majalah, atau membaca berita tersebut sampai
tuntas.
APA SYARAT JUDUL?
Judul
harus mencerminkan isi, singkat, lengkap (tidak terpenggal-penggal), mudah
dipahami, menarik, tak bersayap (bermakna ganda), kata kunci (ini terpenting
dalam isi), kata kerja (hindarkan kata sifat dan kalimat pasif).
SETELAH JUDUL, TENTU
DATELINE?
Anda
benar. Sebenarnya tidak ada ketentuan khusus dalam pembuatan dateline, bahkan
ada surat kabar yang tidak memuatnya. Anda bisa lihat contoh berbagai media
massa. Kalau toh ditulis, maka media massa itu berarti sangat memperhatikan
unsur aktual dan kedekatan suatu fakta peristiwa dengan domisili/keberadaan
pembacanya.
Misalnya:
Jakarta,
Kompas. Artinya, berita itu terjadi di Jakarta, ditulis wartawan Kompas, atau
Purwakarta, 1 Januari 2021. Artinya, berita itu terjadi di Purwakarta, terjadi/ditulis
tanggal 1 Januari 2021 dll.
APA PENTINGNYA LEAD?
Menulis
lead memerlukan kepiawaian
tersendiri. Lead berarti di atas, di
depan, memimpin, teras berita, pendahuluan, atau alinea pertama dari sebuah
berita. Harus ditulis singkat, tepat, lengkap, padat, dan berisi. Awalnya
memang sulit, tapi kalau sudah terbiasa, maka selanjutnya akan menjadi mudah. Lead sangat menentukan, apakah berita
anda selanjutnya akan dibaca atau dicuekin
pembaca. Ingat kewajiban anda bukan hanya memaparkan fakta, tapi bagaimana
caranya membuat berita itu menarik perhatian.
Fungsi
Lead hampir sama dengan fungsi judul:
sebagai iklan, membantu redaksi (dalam hal menentukan judul), membantu
kearsipan, puncak (peristiwa/pernyataan yang terjadi), sebab akibat (analisis
sebab akibat dari suatu peristiwa/pernyataan yang terjadi), dapat dipahami, dan
merupakan jawaban dari pernyataan 5 W + 1 H atau tiga unsur dari 5 W + 1 H saja
sudah cukup. Yang peru diingat, dalam membuat lead, angkatlah hal-hal yang menurut naluri kewartawanan anda bisa
menarik perhatian publik.
BAGAIMANA DENGAN TUBUH
BERITA?
Bila
lead atau teras berita diibaratkan
paras seseorang, maka bagian ini adalah badannya. Setelah lead ditata apik agar menarik, maka selanjutnya bagian tubuh pun
perlu dirangkai. Yang penting, ketika menulis ini, kesatuan dalam gaya menulis
(unity in news style) diperhatikan.
Kesatuan gagasan dalam tulisan atau uraian mesti dipelihara dan dipertahankan.
Bahasa yang dipakai harus lugas, to the
point, tidak basa-basi dan
berbunga-bunga seperti bahasa sastra. Ingat, anda tidak sedang menulis cerpen
yang berdasarkan rekaan, melainkan sedang menulis laporan fakta alias berita.
MASIH ADA YANG LAIN?
Ini
sebagai pelengkap saja, tapi tak kalah pentingnya. Sebagai seorang wartawan,
sebaiknya anda harus menguasai pengetahuan dasar tentang pemakaian Bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Hal ini kelihatan sepele, tapi besar sekali pengaruhnya.
Untuk memperdalam pengetahuan, anda bisa membaca buku tentang bagaimana
menuliskan huruf, kata, kalimat dan alinea. Kalau tidak menguasai ini, anda
akan mengalami problem dalam dunia tulis menulis. Bahkan kalangan mahasiswa
sekalipun, banyak yang tidak memahami ini, sehingga mengalami kebingungan dalam
penulisan. Selain kata, anda harus pula menguasai tentang “kalimat”. Kalimat
adalah suatu rangkaian kata yang memiliki arti dan memiliki satu gagasan pokok
/ ide sentral. Setiap akhir kalimat selalu diakhiri dengan tanda baca titik,
tanda tanya atau tanda seru.
Contoh
:
Drs
Amir meninggal di Nagri Kaler kecamatan Purwakarta kabupaten Purwakarta Jawa
Barat Rabu pagi.
Apa
yang salah dalam kalimat di atas ? Ketidaktahuan penulis tentang fungsi koma
dan huruf capital (besar) dalam sebuah kalimat.
Seharusnya :
Drs.
Amir meninggal di Nagri Kaler, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta, Jawa
Barat, Rabu pagi.
Daftar
Pustaka:
Modul
Ilmu Kewartawanan – Bambang Prakoso (Lembaga Jurnalistik Mandiri)