Minggu, 31 Januari 2021

FSWP Siap Bermitra, Demi Kepentingan Rakyat

 


Purwakarta - Puluhan wartawan, perwakilan unsur Forkopimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah), beserta sejumlah pengurus LSM Aliansi Kian Santang menghadiri silaturahmi, yang digelar FSWP (Forum Silaturahmi Wartawan Purwakarta), di Istora PJT II Jatiluhur, Sabtu (30/1/21) sore.


Selain berbagai awak media, perwakilan unsur Forkopimda yang hadir antara lain Letda Inf. Ramani beserta Serka Iwan mewakili Dandim 0619 Purwakarta, serta Aiptu M. Haryono, mewakili Kapolres Purwakarta. Sedangkan Aliansi LSM Kian Santang diwakili sejumlah pengurus GMBI, GIBAS dan KOMPAK.



Menurut Mustafa Kamal, yang dipercaya sebagai Ketua FSWP periode 2021 - 2023, silaturahmi ini diadakan sebagai rasa syukur dan sosialisasi atas terbentuknya FSWP, sebagai wadah bersatunya para insan pers yang memiliki tekad dan pemahaman yang sama.


"Kami ingin menyusun program kerja, berupaya meningkatkan kesejahteraan wartawan, yang umumnya tidak bergaji, tapi sepak terjangnya senantiasa membantu pemerintah, terutama pemerintah daerah dalam hal mensosialisasikan berbagai keberhasilan pembangunan di Purwakarta," ujarnya.


Di sisi lain, lanjut Mustofa, FSWP juga tidak akan tinggal diam, apabila ada kebijaksanaan pemerintah daerah yang tidak pro rakyat.


"Intinya, kami siap bermitra dan menjalin sinergitas dengan siapa saja, tapi semata-mata bertujuan untuk kepentingan rakyat," ungkapnya.



Di tengah masih adanya pandemi covid-19, kata Mustafa,  FSWP juga mengadakan bakti sosial (baksos), khususnya membagikan masker dan handsanitizer kepada para santri pondok pesantren Miftahul Hidayah, yang beralamat di  Warung Kadu, Pasawahan dan insan pers, guna memutus mata rantai penyebaran virus corona.


"Kami ingatkan kepada insan pers khususnya dan masyarakat umumnya, supaya selalu melaksanakan 3 M dalam beraktivitas, yakni selalu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun atau handsanitizer, juga menghindari kerumunan. Prinsipnya, patuhi selalu anjuran pemerintah, untuk mencegah penularan covid -19," jelasnya.


Dalam kesempatan itu, Mustafa mengapresiasi dan berterima kasih kepada Asep Chandra, anggota DPRD Purwakarta,  semua pihak yang telah berkenan membantu, serta seluruh panitia yang terlibat, sehingga kegiatan FSWP bisa berjalan sukses dan lancar. (Tjimplung).

Kamis, 28 Januari 2021

CARA MUDAH MENULIS BERITA - OLEH : TJIMPLUNG MD



CARA MUDAH MENULIS BERITA

OLEH : TJIMPLUNG MD



PENGANTAR

Sejak dilikuidasinya Departemen Penerangan oleh Presiden Gus Dur dua puluh dua tahun lalu, tepatnya pada Tahun 1999, maka terberangus pula kewajiban menggunakan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) bagi perusahaan penerbitan pers di Indonesia.

Dengan dibukanya era kebebasan pers, seketika itu pula ribuan penerbitan pers cetak mulai bermunculan, baik di tingkat pusat, regional maupun lokal. Sementara, seiring makin pesatnya perkembangan teknologi digital, makin marak pula penerbitan media online (situs web).

Fenomena ini tentu saja patut kita syukuri, karena kini kita berpijak pada alam demokrasi yang sebenar-benarnya, di mana kebebasan berpendapat (menulis) telah menemukan penyalurannya yang hakiki. Tentunya menjadi harapan kita semua, agar kondisi seperti ini tetap bertahan di bumi pertiwi, sehingga insan-insan pers semakin mempu menancapkan eksistensinya.

Pertumbuhan jumlah profesi wartawan di semua daerah seakan tak terbendung. Sebagai tolok ukur, pada Tahun 2000 jumlah wartawan di Purwakarta, di bawah seratus orang saja. Namun, seiring perkembangan waktu, kini sudah mencapai jumlah ratusan, baik wartawan cetak maupun online, televisi dan radio.

Sayangnya, sebagian wartawan yang berkiprah, semata-mata hanya bermodalkan semangat, tanpa diimbangi dengan ilmu jurnalistik yang memadai. Bisa dimaklumi, karena sebagian besar tidak ditunjang oleh pendidikan yang sesuai dengan bidangnya.

Guna meningkatkan keprofesionalan tugas kewartawanan, terutama yang belum pernah mengikuti pelatihan maupun masyarakat yang ingin mendalami dunia pers, maka diharapkan catatan (diktat) berjudul “CARA MUDAH MENULIS BERITA”  ini, dapat membantu memberikan sedikit pencerahan.

Penulis menyusunnya sedemikian rupa, berbentuk tanya jawab, sehingga siapapun dapat mempelajarinya dengan mudah. Setidaknya para pembaca dapat meningkatkan pengetahuannya, dalam hal meramu fakta menjadi laporan fakta (berita) yang menarik.

Sesungguhnya menulis berita bukanlah sesuatu yang sulit, karena kemampuan akan meningkat hanya dengan menulis, menulis, menulis, menulis dan menulis. Apalah arti  setumpuk jenis teori, jika seseorang tak pernah mempraktikannya dalam tulisan?

Intinya, jangan takut salah dalam menulis, karena sebenarnya kesalahan itu yang akan menjadikan seseorang semakin meningkat kemampuannya. Dengan mengetahui kesalahan dalam penulisan, maka pada penulisan berikutnya tentunya seseorang tersebut akan melakukan penyempurnaan.

Jangan lupa pula, membiasakan diri untuk membaca berbagai tulisan/berita dari penerbitan media cetak/online  yang berbobot, sehingga menambah pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan.

Akhir kata, semoga catatan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

                                                                                                 

Purwakarta, Januari 2021

Salam,

Tjimplung MD

 



BAB I

ARTI, SYARAT, DAN JENIS BERITA

 

APA SIH BERITA ITU?

Banyak pakar jurnalistik mendefenisikan berita dengan berbagai argumen yang berbeda-beda, tapi secara sederhana dapat disimpulkan berita ialah LAPORAN FAKTA PERISTIWA/PERNYATAAN yang aktual, menarik, luar biasa, penting, serta cermat. Laporan yang disusun/ditulis sedemikian rupa, sehingga pembaca dapat mudah memahaminya.

KALAU TIDAK BERDASARKAN FAKTA?

Berarti berita itu hanya isapan jempol belaka

PENGERTIAN FAKTA PERISTIWA dan FAKTA PERNYATAAN ITU BAGAIMANA?

Segala sesuatu yang anda saksikan sebagaimana adanya disebut FAKTA PERISTIWA, sedangkan segala sesuatu yang anda dengar apa adanya disebut FAKTA PERNYATAAN. Sebuah berita bisa terdiri dari salah satu fakta tersebut, tetapi yang lebih menarik adalah penggabungan dari kedua fakta itu.

CONTOHNYA BAGAIMANA?

Contoh Laporan Fakta Peristiwa

Purwakarta, Jempol News

Toko elektronik “RANI” di pusat perdagangan Pasar Jumat, tepatnya di Jl. Sudirman No. 1001, Kabupaten Purwakarta, Jumat (1/1/21) kemarin terbakar habis. Api itu muncul pertama kali dari lantai satu sekitar pukul 03.00 WIB, terus menyebar dan menjilati seluruh isi dan bangunan berlantai tiga tersebut. Kobaran api praktis tak mampu ditahan, karena petugas pemadam kebakaran baru bisa memasuki pintu utama toko pada pukul 05.30 WIB. Mereka tinggal menyaksikan seluruh isi toko menjadi abu.

Contoh Laporan Fakta Pernyataan

Purakarta, Jempol News

Kekalahan Drs. H. Lily Hambali Hasan dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2008, yang digelar 20 Januari lalu, kemungkinan besar akan berdampak pada perpindahan kesebelasan Pelita Jaya Purwakarta (PJP). Demikian diutarakan pelatih PJP Fandi Ahmad kepada Jempol News, Jumat (4/4/08) petang kemarin.

KALAU OBYEK BERITA ITU APA?

Obyek berita adalah suatu peristiwa yang sedang diliput baik disengaja atau tidak.

 

SIAPA YANG MENJADI OBYEK BERITA

Bisa wartawan itu sendiri, orang yang langsung terlibat, saudara/sejawat/teman yang terlibat, instansi yang berwenang, saksi mata, para ahli, kantor berita, radio dan televisi. Misalnya anda secara tak sengaja menyaksikan suatu “obyek berita” peristiwa kebakaran suatu toko, maka yang menjadi sumber berita anda adalah petugas pemadam, polisi, saksi mata, pemilik toko, petugas asuransi, atau bisa juga pihak rumah sakit yang menangani korban kebakaran.

YANG DIMAKSUD BERITA DARI TANGAN PERTAMA ITU APA?

Bila wartawan itu menulis suatu peristiwa yang disaksikan sendiri. Artinya, dia mendapatkan fakta-fakta bukan dari orang lain.

LANTAS, YANG DIMAKSUD SUMBER BERITA?

Bila wartawan mengutip informasi dari orang/lembaga yang langsung ikut terlibat dalam suatu peristiwa. Perlu diingat, sumber utama sangat penting untuk keakuratan informasi suatu berita.

APA SAJA SIH BERITA ITU?

a. Benar Terjadi : yakni berita berdasarkan pada peristiwa yang benar-benar terjadi dan apa adanya.

b. Aktual : hangat atau terkini, yakni jarak waktu suatu peristiwa terjadi dan waktu pemuatan berdekatan. Artinya, semakin cepat diterbitkan semakin aktual dan semakin tinggi nilai beritanya (hot news). Aktualitas menurut media online, koran harian, berbeda dengan aktualitas untuk majalah/tabloid yang tidak terbit setiap hari. Karenanya, untuk mengimbangi ketertinggalan, majalah/tabloid sebaiknya mencari segi/data lain yang menarik. Semakin berbeda segi/data lain yang diperoeh, maka semakin actual nilai berita tersebut.

c. Menarik : faktor menarik sebetulnya sangat relatif, karena ada pembaca yang suka berita kriminal, politik, ekonomi, gaib/misteri, kisah nyata dsb. Namun, secara umum ada faktor-faktor yang menyebabkan berita menarik bagi semua orang. Faktor-faktor itu antara lain: informasi berguna, tempat kejadian dekat, nama yang terkenal (pemimpin/tokoh/artis dsb) sebagai topik bertia atau narasumber, memiliki daya pengaruh, berita lanjutan, mengandung pertentangan/konflik, pembunuhan, bencana alam, seks, fenomena gaib, menimbulkan emosi, kejuaraan dunia olah raga, humor, luar biasa, human interest (memiliki nilai-nilai kemanusiaan), perjuangan hidup dan mati, kemajuan / sukses seseorang.

d. Seimbang: adil, tidak berat sebelah (objektif); tidak memihak salah satu narasumber. Ibarat dalam suatu kejuaraan sepakbola, pelatih yang menang diwawancarai, pelatih yang kalah pun dimintai pendapat.

e. Lengkap: berita yang dibuat tidak membuat pembaca bertanya-tanya lagi, karena semua informasi sudah tersaji, baik apa, siapa, di mana, kapan, mengapa dan bagaimana.

f. Sistematis : berita ditulis/disusun sesuai struktur dalam ilmu jurnalistik, yakni secara; piramida terbalik, piramida tegak, atau dalam bentuk kronologis (selengkapnya baca dalam BAB II).

g. Dapat dipahami : berita yang disajikan harus jernih/gambling dalam mengungkapkan masalah, serta menggunakan Bahasa Indonesia yang baik, benar dan ringkas.

 

 



 

KALAU JENIS BERITA, BERAPA MACAM?

Ada banyak, tapi kita batasi yang umum berlaku dalam penerbitan pers di Indonesia, antara lain :

1. Reportase Faktual (Laporan Fakta): yakni laporan yang berdasarkan fakta telanjang (apa adanya, sebagaimana yang disaksikan dan didengar wartawan dari tempat peristiwa) yang terjadi pada hari itu juga. Ditulis singkat saja (spot news, straight news), dan kalau terlambat penyajiannya (sekurang-kurangnya dua hari sejak peristiwa terjadi) akan dianggap berita basi.

2. Reportase Investigatif (Laporan Mendalam): yakni laporan berdasarkan penyelidikan/penelitian/penyidikan yang mendalam baik dengan cara menggali referensi dari kepustakaan atau mewawancarai banyak narasumber. Jadi, laporan ini pengembangan dari Reportase Faktual.

3. Reportase Interpretatif (Laporan Ulasan): yakni laporan yang hampir sama dengan Reportase Investigatif. Bedanya, dalam Reportase Interpretatif penekanan diletakkan pada unsur waktu dan penafsiran. Dalam laporan ini mencari hubungan antara peristiwa yang terjadi dengan fakta peristiwa/pernyataan lain yang pernah terjadi/diucapkan. Di sini sang wartawan diperbolehkan memberikan interpretasi (bedakan interpretasi dengan opini). Publik akan merasa puas dengan laporan semacam ini, karena terlihat dinamisasi pola pikir sang wartawan. Lebih sederhana lagi, kalau Reportase Faktual/Investigatif hanya bertujuan memberikan  informasi semata, sedangkan Reportase Interpretatif sekaligus memiiki tujuan mendidik. Laporan ini bisa ditulis dengan satu judul, bisa juga dengan judul terpisah-pisah.

4. Reportase Ramalan: laporan jenis ini sejak dulu digandrungi wartawan Amerika, tapi tidak berkembang di Asia (Indonesia). Dalam laporan ini sang wartawan meramalkan suatu peristiwa (perkembangan alam/masyarakat) yang akan terjadi mendatang, berdasarkan data dan fakta pada masa lalu atau saat ini. Dalam hal ini dibutuhkan keterampilan yang tinggi dari sang wartawan. Kalau anda pernah membaca Reportase Ramalan di media-media massa nasional, itu biasanya bukan prediksi wartawan bersangkutan, melainkan hasil wawancara/pemikiran para pakar.

5. Reportase Komprehensif: laporan yang mencakup “segala segi”, sebab suatu peristiwa tidak berdiri sendiri, tapi berkaitan erat dengan peristiwa lain alias selalu ada konteks (hubungan). Kita bisa mengaitkan dengan peristiwa tersebut dengan sistem nilai, sistem politik, sistem budaya, kerangka dasar pembangunan, daftar prioritas dll.

6. Reportase Imajiner (Khayalan):  laporan yang menggunakan imajinasi atau khayalan berdasarkan data dan fakta yang ada, tapi bukan cerpen atau novel. Unsur khayalan, jurnalistik, dan sastra dipadukan. Tentu saja bagi wartawan dibutuhkan pengetahuan sastra yang cukup, memiliki ketajaman otak dalam menganalisis, kaya dalam ungkapan batin, dan cermat ketika mengamat, sehingga dapat menyentuh emosional pembaca.

7. New Journalism (Jurnalisme Baru): laporan fakta jenis ini sekarang banyak dipergunakan oleh media massa nasional, terutama majalah/tabloid. Penulisan berita tidak berdasarkan fakta semata-mata yang dilihat seorang wartawan dengan mata inderawi, melainkan  memadukannya dengan pendapat lain dan perasaannya dalam dimensi ruang dan waktu, sehingga khalayak pembaca selain menjadi tahu, juga berpandangan dalam cakrawala yang luas. Hal ini biasa disebut jurnalisme sastra atau jurnalisme novel.

8. Feature (Baca: Feuce)/karangan khas: laporan yang ditulis berdasarkan peristiwa ringan yang terjadi di masyarakat tapi mengandung unsur human interest (nilai-nilai kemanusiaan), yang disusun sedemikian rupa dengan gaya bahasa sastra, sehingga menyentuh rasa manusiawi khalayak. Jadi di sini bukan beritanya yang penting, melainkan cara ‘melukiskan’ berita tersebut yang menarik. Sebaik-baik feature adalah feature yang objektif. Sebab, apabila terlalu banyak subyektifitasnya, akan mengubah feature menjadi tulisan KOLOM. Bila ini terjadi sangat mungkin akan mempengaruhi pembaca, sehingga pembaca akan berpihak kepada anda atau berseteru. Sederhananya begini, pijit sedikit segi informasinya, (jangan terlalu banyak), buat sedikit segi mendidiknya, beri unsur mempengaruhi secukupnya….sedaaap. Itulah feature.

BERARTI KALAU PAHAM JENIS, AKAN PAHAM PULA CARA PENULISAN BERITA?

Betul. Anda jadi tidak asal tulis saja, tapi menyesuaikan dengan misi dan gaya penulisan redaksi media massa bersangkutan.

MASIH ADA LAGI?

Ada beberapa lagi, tapi tidak terlalu penting untuk dibahas. Dengan mempelajari yang 8 jenis di atas ini saja, lalu mempraktikannya secara benar, maka anda sudah bisa disebut wartawan profesional. Sebab, adakalanya wartawan tidak menguasai semua jenis berita, bahkan terkadang hanya memperdalam satu jenis saja, sesuai dengan “home style” (gaya penulisan reportase yang dikembangkan masing-masing media massa).

 


BAB II

STRUKTUR DAN TEKNIK PENULISAN

                                                      

APA YANG DIMAKSUD DENGAN STRUKTUR BERITA?

Sebelum melangkah lebih jauh, anda harus tahu terlebih dulu rumus 5 W + 1 H. Sebab, apabila anda mengaku wartawan, tapi tidak pernah tahu teori 5 W + 1 H, maka redaktur/wartawan profesional langsung akan memvonis anda sebagai wartawan gadungan atau tidak bisa menulis berita.

SINGKATAN APA ITU 5 W + 1 H?

Setiap perguruan tinggi/lembaga khursus, atau buku-buku tentang jurnalistik pasti akan mengajarkan teori dasar ini. Teori itu singkatan dari WHAT (APA), WHO (SIAPA), WHERE (DI MANA), WHEN (KAPAN), WHY (MENGAPA), dan HOW (BAGAIMANA).

PENJABARANNYA BAGAIMANA?

Bagus anda semakin menyimak. Mudahnya begini, pembaca akan kecewa, jika ternyata ada unsur yang ingin diketahuinya tidak terdapat dalam tulisan anda. Jelasnya, What berarti ada yang akan dilaporkan kepada publik. Who berarti siapa yang menjadi pelaku peristiwa itu. When berarti kapan peristiwa itu terjadi: tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit. Where berarti di mana peristiwa itu terjadi. Why berarti mengapa peristiwa itu sampai terjadi, dan How berarti bagaimana jalannya peristiwa atau bagaimana cara menanggulangi peristiwa itu. Keenam unsur itu dinyatakan dalam kalimat yang ringkas, jelas  dan menarik. Dengan demikian, khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa tinggal “menyantapnya” saja. Tapi, ada seorang pakar jurnalistik yang menambahkan rumusannya dengan 1 S, singkatan dari Safety (aman). Maksudnya, aman dari jeratan hukum. Jadi, 5 W + 1 H + 1 S.  

                                                                     



CONTOHNYA SEPERTI APA?

Contohnya: Anda berkata pada teman anda, ”Hei, tadi aku ngeliat orang dipukuli orang sekampung.” Teman anda pasti tidak puas dengan cerita itu. Ada informasi lain, yang tidak anda jelaskan. Ia tentu akan bertanya, di mana, kapan, siapa yang digebuki itu, kenapa kok dipentungi orang sekampung, bagaimana orang-orang menggebukinya, apakah orang itu tewas? Semua pasti ditanya, apalagi kalau teman anda seorang yang kritis. Kalau anda tidak menjawab, maka dapat dipastikan teman anda akan kecewa. Begitupun dengan penulisan berita. Bahkan, walau sudah anda tulis semua unsur 5 W + 1 H, terkadang pembaca pun masih kurang puas. Ini bisa terjadi, karena anda tidak mencoba bertanya pada diri sendiri, kira-kira apalagi yang masih akan ditanyakan oleh pembaca. Anda mungkin sudah menjawab unsur when (kapan), tapi anda hanya menulis hari dan tanggalnya saja, anda lupa menulis jam yang juga merupakan unsur waktu. Pembaca mungkin saja berada di tempat kejadian pada hari peristiwa itu, sehingga ia masih bertanya soal jam. Oleh karena itu, dalam menulis berita harus selengkap dan sejelas mungkin.

BAGAIMANA TENTANG STRUKTUR BERITA?

Setelah anda memahami teori 5 W + 1 H, maka akan dibahas struktur berita. Sebagaimana kita ketahui, salah satu syarat berita adalah sistematis. Yang dimaksud sistematis menurut teknik penulisan jurnalistik adalah sbb:

I.              PIRAMIDA / SEGITIGA TERBALIK : Struktur ini digunakan untuk penulisan berita yang nilai beritanya sangat tinggi dan penyajiannya harus cepat, sehingga waktu benar-benar merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar (time concern). Dari struktur ini dapat anda lihat bentuk segitiga yang makin ke bawah makin mengecil /mengerucut. Maksudnya, fakta yang paling penting atau klimaks suatu peristiwa/pernyataan diletakkan pada alinea bagian pertama (lead). Selanjutnya pada alinea kedua, berisi penjelasan yang dekat hubungannya dengan alinea pertama. Alinea ketiga, berisi fakta-fakta yang mendukung alinea kedua, dan seterusnya. Sedangkan alinea terakhir, berisi hal-hal yang dianggap kurang penting, tapi masih relevan dengan isi berita. Struktur ini biasanya dipergunakan menyusun Reportase Faktual (berita singkat) untuk media massa harian atau media online. Berikut ini susunannya dalam bentuk gambar (sebetulnya ada 6 unsur, tapi dapat diperas menjadi 4 unsur penting saja):







         

Keterangan :

1.      Head Line (Judul/kepala berita)

2.      Dateline (Tempat dan tanggal penulisan berita)

3.      Lead (Teras Berita)

4.      Body (Tubuh berita) terdiri dari :

a.      Bridge (Penghubung/perangkai)

b.      Body (Tubuh Berita)

c.       Ending / leg (penutup/kaki berita)

 

 

II.                  PIRAMIDA / SEGITIGA TEGAK :

Karena tidak semua berita dapat disusun dengan Piramida Terbalik, maka struktur ini digunakan, biasanya untuk penulisan artikel opini (pendapat). Lead pada alinea 1 biasanya akan diulangi kembali pada uraian selanjutnya (dalam tubuh / penutup). Struktur ini diawali dengan fakta yang tidak seberapa penting, makin ke bawah makin penting, bahkan seringkali ditutup dengan fakta yang mengagetkan pembaca. Struktur ini tidak terikat oleh waktu (time lines), tapi tetap merupakan laporan fakta yang aktual. Wartawan yang bermain-main dengan struktur ini mesti paham betul bagaimana menarik pembaca dengan bahasa yang memikat di alenia pertama, walau faktanya kurang menarik. Kemudian juga dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dan referensi yang cukup untuk mengembangkan tubuh berita, agar isinya berbobot. Dengan struktur ini wartawan dapat memberikan interpretasi terhadap fakta (harap dibedakan antara interpretasi dengan opini). Berikut ini polanya dalam gambar.










Keterangan :

1.      Head Line (Judul/kepala berita)

2.      Lead (Teras Berita)

3.      Body (Tubuh Berita) terdiri dari :

a.      Bridge (Penghubung/perangkai)

b.      Body (Tubuh Berita)

c.       Ending / leg (penutup/kaki berita)

 

III.                KRONOLOGIS

Struktur ini disebut juga struktur kotak / boks. Biasanya dipakai untuk jenis tulisan pendapat (artikel opini), termasuk di antaranya Reportase Investigatif, Interpretatif, Feature (sejarah, kisah nyata, biografi), ilmiah populer, tajuk rencana, kolom, dan tulisan jenis kontemporer (sastra). Kalau pada struktur 1 bagian terpenting dianak kandungkan (ditempatkan di atas), dalam struktur ini semua bagian dianggap penting. Fakta disampaikan secara urut, dari awal sampai akhir (kronologis) 

RUMIT JUGA YA ?

Tidak, kalau anda mau belajar sungguh–sungguh! Belajar bisa dengan banyak membaca berbagai jenis koran / tabloid / majalah, lalu mempraktikannya dalam latihan – latihan.

KENAPA ADA BERITA, YANG DISUSUN DALAM BENTUK TANYA – JAWAB,

SEPERTI MAKALAH PRAKTIS INI ?

Anda betul. Itu adalah variasi penulisan untuk memudahkan pemahaman kepada pembaca terhadap masalah yang dibahas, khususnya delam menyusun jenis feature. Jelasnya, pernyataan narasumber bisa ditulis dengan cara “diselipkan dalam naskah”, atau ditulis “tersendiri” dalam bentuk Tanya – Jawab. Sebaiknya wartawan harus mempersiapkan terlebih dahulu berbagai pertanyaan yang akan diajukan, lalu merekam semua perbincangannya dengan narasumber. Dalam tulisan wawancara semacam ini, terkadang pernyataan yang detil pun ditulis sang wartawan. Misalnya, sumber tertawa, sambil diam sejenak, menggaruk – garuk kepala ….dsb. sampai–sampai bahasa pasaran yang digunakan sumber pun ditulis sebagaimana adanya. Misalnya, “You mesti tahu, kayak apa karakter Soeharto itu sebenarnya”.

 SETELAH STRUKTUR, APALAGI YANG PERLU DIPELAJARI ?

Kita sekarang memasuki tahap praktik penulisan. Setelah anda memahami bermacam – macam jenis dan perbedaan struktur berita, sebetulnya sudah ada gambaran di benak anda, bagaimana cara menulis / menyusun suatu fakta peristiwa / pernyataan menjadi berita. Untuk lebih rinci lagi, kita bahas cara pembuatan dan apa yang perlu anda ketahui tentang judul (kepala) berita.

APA FUNGSI JUDUL?

Fungsi judul ada dua, yaitu :

a. Memperkenalkan: judul berfungsi memperkenalkan isi berita, agar dalam waktu sekilas pembaca dapat memutuskan membaca atau tidak membaca berita tersebut.

b. Iklan: judul berita yang menarik sering kali sanggup mengundang/memancing pembaca (konsumen) untuk membeli koran/majalah, atau membaca berita tersebut sampai tuntas.



APA SYARAT JUDUL?

Judul harus mencerminkan isi, singkat, lengkap (tidak terpenggal-penggal), mudah dipahami, menarik, tak bersayap (bermakna ganda), kata kunci (ini terpenting dalam isi), kata kerja (hindarkan kata sifat dan kalimat pasif).

 SETELAH JUDUL, TENTU DATELINE?

Anda benar. Sebenarnya tidak ada ketentuan khusus dalam pembuatan dateline, bahkan ada surat kabar yang tidak memuatnya. Anda bisa lihat contoh berbagai media massa. Kalau toh ditulis, maka media massa itu berarti sangat memperhatikan unsur aktual dan kedekatan suatu fakta peristiwa dengan domisili/keberadaan pembacanya.

Misalnya:

Jakarta, Kompas. Artinya, berita itu terjadi di Jakarta, ditulis wartawan Kompas, atau Purwakarta, 1 Januari 2021. Artinya, berita itu terjadi di Purwakarta, terjadi/ditulis tanggal 1 Januari 2021 dll.

 APA PENTINGNYA LEAD?

Menulis lead memerlukan kepiawaian tersendiri. Lead berarti di atas, di depan, memimpin, teras berita, pendahuluan, atau alinea pertama dari sebuah berita. Harus ditulis singkat, tepat, lengkap, padat, dan berisi. Awalnya memang sulit, tapi kalau sudah terbiasa, maka selanjutnya akan menjadi mudah. Lead sangat menentukan, apakah berita anda selanjutnya akan dibaca atau dicuekin pembaca. Ingat kewajiban anda bukan hanya memaparkan fakta, tapi bagaimana caranya membuat berita itu menarik perhatian.

Fungsi Lead hampir sama dengan fungsi judul: sebagai iklan, membantu redaksi (dalam hal menentukan judul), membantu kearsipan, puncak (peristiwa/pernyataan yang terjadi), sebab akibat (analisis sebab akibat dari suatu peristiwa/pernyataan yang terjadi), dapat dipahami, dan merupakan jawaban dari pernyataan 5 W + 1 H atau tiga unsur dari 5 W + 1 H saja sudah cukup. Yang peru diingat, dalam membuat lead, angkatlah hal-hal yang menurut naluri kewartawanan anda bisa menarik perhatian publik.

BAGAIMANA DENGAN TUBUH BERITA?

Bila lead atau teras berita diibaratkan paras seseorang, maka bagian ini adalah badannya. Setelah lead ditata apik agar menarik, maka selanjutnya bagian tubuh pun perlu dirangkai. Yang penting, ketika menulis ini, kesatuan dalam gaya menulis (unity in news style) diperhatikan. Kesatuan gagasan dalam tulisan atau uraian mesti dipelihara dan dipertahankan. Bahasa yang dipakai harus lugas, to the point,  tidak basa-basi dan berbunga-bunga seperti bahasa sastra. Ingat, anda tidak sedang menulis cerpen yang berdasarkan rekaan, melainkan sedang menulis laporan fakta alias berita.

MASIH ADA YANG LAIN?

Ini sebagai pelengkap saja, tapi tak kalah pentingnya. Sebagai seorang wartawan, sebaiknya anda harus menguasai pengetahuan dasar tentang pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini kelihatan sepele, tapi besar sekali pengaruhnya. Untuk memperdalam pengetahuan, anda bisa membaca buku tentang bagaimana menuliskan huruf, kata, kalimat dan alinea. Kalau tidak menguasai ini, anda akan mengalami problem dalam dunia tulis menulis. Bahkan kalangan mahasiswa sekalipun, banyak yang tidak memahami ini, sehingga mengalami kebingungan dalam penulisan. Selain kata, anda harus pula menguasai tentang “kalimat”. Kalimat adalah suatu rangkaian kata yang memiliki arti dan memiliki satu gagasan pokok / ide sentral. Setiap akhir kalimat selalu diakhiri dengan tanda baca titik, tanda tanya atau tanda seru.

Contoh :

Drs Amir meninggal di Nagri Kaler kecamatan Purwakarta kabupaten Purwakarta Jawa Barat Rabu pagi.

Apa yang salah dalam kalimat di atas ? Ketidaktahuan penulis tentang fungsi koma dan huruf capital (besar) dalam sebuah kalimat.

Seharusnya :

Drs. Amir meninggal di Nagri Kaler, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Rabu pagi.

 

 

Daftar Pustaka:

Modul Ilmu Kewartawanan – Bambang Prakoso (Lembaga Jurnalistik Mandiri)