Kamis, 19 Desember 2019

Anyaman Piring Rotan Dari Pinggiran Malang




Malang – Menyitir filosofi seorang Pujangga Baru Sanusi Pane yang mengatakan bahwa, hidup itu untuk seni. Karenanya, usia boleh tua, tapi seorang kreator tak pernah berhenti untuk berkreatifitas. Ia terus berkarya, untuk membuktikan eksistensi dirinya.

Begitupun yang dilakukan Lulus Marwito, pensiunan bukan halangan untuk berkarya. Sejak pensiun jadi guru SD 2016 silam, ia tak pernah berhenti mengajar. Kalau semasa aktif menjadi guru, ia mengajar Matematika kepada siswa-siswinya. Sekarangpun sama, hanya murid-muridnya anak-anak Panti Asuhan (Putra) Muhammadiyah Malang.  Semua siswa dibebaskan dari biaya.

“Siswa kelas 1 sampai 6 SD di Panti Asuhan, karena tak mampu membayar guru les, saya beri les private secara gratis,”ujarnya, seraya menambahkan, di rumahnya ia juga membuka jasa les Matematika, IPA, dan IPS. “Tujuan saya cuma satu, menghilangkan image di kalangan siswa bahwa matematika itu susah,”tegas lulusan PGA Negeri (Setara SPG) 6 tahun ini.


Semasa kariernya menjadi pendidik, Lulus yang berdomisili di Jl. Terusan Mergan Raya RT 11/RW 11, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Malang, Jatim itu pernah mengajar di beberapa SD. Tahun 1975 – 1977 mengajar di SD Sunan Kalijaga Mergan, Tahun 1976 – 1999 di SD Kemala Bhayangkari 4 Malang, Tahun 1981 hingga 1999 menjadi Kepala Sekolah di SD Kemala Bhayangkari 4 Malang, Tahun 1999 – hingga pensiun sebagai Wali Kelas di SD Muhammadiyah 1 Malang.

Malah, kini ia juga menjadi pendidik yang kreatif. Ia mampu mengajarkan sebuah karya seni, yang dapat menghasilkan uang. Ilmu menganyam rotan itu dipelajarinya dari seorang kawan Tahun 2015. Khususnya anyaman piring rotan, yang sekarang marak dipergunakan di pesta-pesta besar. Kini, di samping memberi les, kesibukan sehari-barinya juga membuat piring rotan memenuhi pesanan pelanggan. Belum banyak memang, tapi itu sudah cukup membanggakan bagi dirinya.

“Pesanan saat ini paling banyak 50 buah,” ujar ayah Zulfa Abrori Akbar, buah hatinya semata wayang, hasil pernikahannya dengan Drs. Ninik Sri Handajani.  Istrinya itu, kini masih mengajar di MTsN Turen, sedangkan putranya menuntut ilmu di Fakultas PAI - UIN Malik Ibrahim Malang semester 1.

“Sebuah piring rotan saya hargai Rp. 20 ribu, bisa kurang sedikit kalau jumlah pesanannya banyak,” tukasnya.

Selain menerima pesanan, tak jarang dia harus memenuhi undangan lembaga atau komunitas tertentu, guna mewariskan ilmunya menganyam rotan.

“Siapapun bisa mengundang saya, jika ingin belajar menganyam rotan,”ujarnya, seraya menambahkan, baginya dapat berbagi ilmu itu adalah ibadah.

Lulus tetap enjoy, kendati keahliannya belum dilirik oleh pemerintah setempat. Padahal, buah kerajinannya adalah salah satu bentuk industri kreatif yang kini tengah digadang-gadang oleh Presiden Jokowi. UMKM jenis inipun mempunyai nilai jual yang cukup tinggi, jika saja orang semacam Lulus Marwito mendapat polesan atau sentuhan profesional. Bukan tidak mungkin pula akan dapat meningkatkan PAD (Penghasilan Asli Daerah), jika pemerintah Kota Malang melalui Dinas Koperasi, UMKM dan Indag memiliki kepekaan dan kepedulian untuk membangkitkan industri kecil ini. Semoga ( Tjimplung).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar